Senin, 19 Desember 2011

ANALISIS SWOT TUJUAN 6 MDGs (PEMBERANTASAN MALARIA)

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Malaria adalah penyakit yang ditularkan nyamuk yang disebabkan oleh parasit. Orang dengan penyakit malaria sering mengalami demam, menggigil, dan penyakit seperti flu. Jika tidak diobati, mereka dapat mengembangkan komplikasi parah dan mati. Pada tahun 2008, diperkirakan 190 - 311 juta kasus malaria terjadi di seluruh dunia dan 708.000 - 1.003.000 orang meninggal, kebanyakan dari mereka anak-anak muda di sub-Sahara Afrika1.
Diperkirakan 50 persen penduduk Indonesia masih tinggal di daerah endemis malaria. Menurut perkiraan WHO, tidak kurang dari 30 juta kasus malaria terjadi setiap tahunnya di Indonesia, dengan 30.000 kematian. Survai kesehatan nasional tahun 2001 mendapati angka kematian akibat malaria sekitar 8-11 per 100.000 orang per tahun. United Nation Development Program (UNDP,2004) juga mengklaim bahwa akibat malaria, Indonesia sedikitnya mengalami kerugian ekonomi sebesar  56,6 juta pertahun2.
Oleh karena masalah malaria ini merupakan masalah global dan dan berdampak terhadap perekonomian serta merupakan salah satu dari beberapa target MDGs sehingga penting untuk ditangani. Untuk tujuan itu, diperlukan suatu analisis yang tepat dalam menangani masalah tersebut.
B.   Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan  dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penerapan analisis SWOT dalam pencapaian tujuan keenam Millenium Depelovment Goals (MDGs) kuhususnya terhadap pemberantasan penyakit Malaria.
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Tinjauan Tentang Malaria
1.    Analisis Situasi
a.    Epidemiologi Malaria Global
Dalam buku The World Malaria Report 2005, World Health Oraganisation (WHO), menggambarkan bahwa walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga tahun 2005 malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia. Penyakit ini menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria2.
b.    Epidemiologi Malaria di Indonesia
Di Indonesia sendiri, diperkirakan 50 persen penduduk Indonesia masih tinggal di daerah endemis malaria. Menurut perkiraan WHO, tidak kurang dari 30 juta kasus malaria terjadi setiap tahunnya di Indonesia, dengan 30.000 kematian. Survai kesehatan nasional tahun 2001 mendapati angka kematian akibat malaria sekitar 8-11 per 100.000 orang per tahun2.
Berikut ini adalah hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Mengenai kejadian Malaria berdasarkan Tempat (Provinsi, Desa/Kota) dan Orang (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan).






Grafik 2.1
Disribusi Kasus Baru Malaria Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tahun 2010

Sumber data : Riskesdas 2010

Berdasarkan grafik 1 tersebut dapat diketahui bahwa kejadian malaria sedikit lebih tinggi pada laki-laki dan relatif lebih rendah pada usia di bawah 1 tahun. Sedangkan untuk pendidikan, kejadian malaria relatif lebih rendah pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yakni tamat perguruan tinggi, namun  tidak terdapat perbedaan yang begitu mencolok.




Grafik 2.2
Disribusi Kasus Baru Malaria Berdasarkan Pekerjaan dan Daerah Tempat Tinggal (Desa/Kota) Tahun 2010

Sumber data : Riskesdas 2010
Berdasarkan grafik 2.2 tersebut dapat diperoleh informasi yang menyatakan bahwa kejadian malaria lebih banyak pada Petani/Nelayan/Buruh dan cenderung tinggi pada daerah pedesaan.
Grafik 2.3
Disribusi Kasus Baru Malaria Berdasarkan Tempat (Provinsi) Tahun 2010

Sumber data : Riskesdas 2010
Berdasarkan grafik 2.3 tersebut menunjukkan bahwa kejadian malaria lebih tinggi di daerah Papua dan paling rendah pada Provinsi Bali5.
2.    Dampak Malaria
Malaria tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga bertanggung jawab secara ekonomis terhadap kehilangan 12 % pendapatan nasional, negara-negara yang memiliki malaria2.
Penyakit malaria juga sangat merugikan perekonomian Indonesia. United Nation Development Program (UNDP,2004) juga mengklaim bahwa akibat malaria, Indonesia sedikitnya mengalami kerugian ekonomi sebesar $ 56,6 juta pertahun2, belum termasuk kehilangan pendapatan akibat hilangnya investasi bisnis dan pariwisata daerah endemik  malaria3.
B.   Tinjuan Tentang Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka4.
Gambar 2.1 Analisis SWOT
     
Pada gambar 2.1 tersebut dapat diinterpretasikan bahwa analisis SWOT terdiri dari empat unsur, yakni:
1.    Strength (Kekuatan), unsur ini mencakup keterampilan, pendanaan, komitmen, kerja sama dengan sector terkait, kegiatan-kegiatan yang telah ada sebagai kekuatan dalam suatu program yang dilakukan.
2.    Weakness (Kelemahan), unsur ini dapat muncul dari kekurangan-kekurangan dalam hal keterampilan, pendanaan, komitmen, kerja sama, dan kegiatan-kegiatan yang telah ada.
3.    Opportunities (Peluang), unsur ini mencakup sumber daya, kebijakan-kebijakan, dan organisasi-organisasi yang relevan dengan program yang dilaksanakan.
4.    Threats (Ancaman), unsur ini muncul sebagai akibat dari kegagalan-kegagalan dalam dalam memanfaatkan peluang yang ada.


C.   Penerapan Analisis SWOT dalam Pemberantasan Malaria
1.    Indikator
a.    Indikator
1)    Prevalensi malaria dan angka kematiannya.
2)    Persentase penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk memerangi malaria.
3)    Persentase penduduk yang mendapat penanganan malaria secara efektif.
b.    Capaian dan Target
Berdasarkan laporan pembangunan MDGs, diperoleh informasi bahwa sampai dengan tahun 2010 ini, Indonesia telah mencapai berbagai sasaran dari Tujuan Pembangunan Milenium. Untuk tujuan MDGs yang berkaitan dengan Malaria dapat dilihat pada tabel berikut6.


Tabel 2.1 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015
Indikator
Acuan Dasar
Saat Ini
Target
MDGs 2015
Status
Sumber
6.6
Angka kejadian dan tingkat kematian akibat Malaria





66.a
Angka kejadian Malaria (per 1,000 penduduk):
4,68 (1990)
1,85 (2009)
2,4% (2010)*
Menurun
Kemkes 2009;
Kemkes,
Riskesdas 2010
(data sementara)

Angka kejadian Malaria di Jawa & Bali (API)
0,17 (1990)
0,16 (2008)
Menurun
API, Kemkes
2008

Angka kejadian Malaria di luar Jawa & Bali (AMI)
24,10 (1990)
17,77 (2008)
Menurun
AMI, Kemkes
2008
6.7
Proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu
Berinsektisida
-
3,3%
Desa: 4,5%
Kota: 1,6%
(2007)
7,7% (2007)*
16,0%
(2010)**
Meningkat
BPS, SDKI 2007;
* Kemkes,
RIskesdas 2007;
** Kemkes,
Riskesdas 2010
(data sementara)
6.8
Proporsi anak balita dengan demam yang diobati dengan
obat anti malaria yang tepat
-
21,9% (2010)


Riskesdas 2010
(data sementara)
Sumber: Laporan Pembangunan MDGs 2010



Beradasarkan tabel 2.1 tersebut dapat diketahui bahwa capaian MDGs dalam mengendalikan penyebaran malaria berupa:
1)    Prevalensi malaria dan angka kematiannya.
Angka kesakitan malaria selama tahun 2000-2009 cenderung menurun yaitu dari 3,62 pada tahun 2000 menjadi 1,85 per 1.000 penduduk pada tahun 20093 (Grafik 2.4). API malaria secara nasional berdasarkan hasil pemeriksaan darah sebesar 2,89 persen (Riskesdas, 2007). Angka ini menurun menjadi 2,4 persen pada tahun 2010 (Data sementara Riskesdas, 2010).

Grafik 2.4  Annual Parasites Incidence (API) Malaria, di Indonesia 1990-2009
           Sumber : Laporan Pembangunan MDGs 2010

Angka kejadian Malaria di Jawa & Bali (API) 0,17% (1990) 0,16% (2008). Angka kejadian Malaria di luar Jawa & Bali (AMI) 24,10% (1990) 17,77% (2008).
2)    Persentase penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk memerangi malaria.
Pencegahan malaria dilakukan dengan penggunaan kelambu berinsektisida pada balita berhasil ditingkatkan, Cakupan anak balita yang menggunakan kelambu berinsektisida pada tahun 2007 sebesar 7,7%, meningkat menjadi 16,0% pada tahun 2010 (Data sementara Riskesdas, 2010). Berdasarkan data BPS, SDKI tahun 2007 cakupan  penggunaan kelambu di desa sebesar 4,5%, sedangkan di Kota hanya sebesar 1,6%.
3)    Persentase penduduk yang mendapat penanganan malaria secara efektif.
Program penanganan malaria ini dilakukan melalui pengobatan malaria dengan obat anti malaria pada balita yang demam hingga tahun 2010 sebesar 21,9%.
2.    Analisis SWOT Pemberantasan Malaria
a.    Sterngth (Kekuatan)
1)    Adanya Komitmen Internasional (Roll Back Malaria).
2)    Adanya kerja sama, misalnya kerja sama antarsektor, NGO, dan lembaga donor.
3)    Pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam pemberantasan malaria. Di Indonesia, saat ini, terdapat beberapa program dalam pemberantasan malaria, yakni:
a)    Diagnosis awal dan pengobatan yang tepat
b)    Program kelambu dengan insektisida
c)    Penyemprotan
d)    Pengawasan deteksi aktif dan pasif
e)    Survey demam dan pengawasan migrant
f)     Deteksi dan kontrol  epidemik
g)    Larvaciding
h)   Peningkatan kemampuan (capacity building)
b.    Weakness (Kelemahan)
1)    Masalah kemiskinan (sebab-akibat)
2)    Terbatasnya dukungan sumber dana (anggaran nasional dan daerah relatif masih terbatas) dalam Gerakan Berantas Malaria (Gebrak Malaria).
3)    Belum optimalnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi dalam menyusun perencanaan dan penganggaran dalam pengendalian malaria.
c.    Opportunities (Peluang)
1)    Ketersediaan sumber daya manusia dalam membantu pemberantasan malaria, yakni tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pihak-pihak terkait lainnya.
2)    Adanya kebijakan-kebijakan dalam upaya percepatan untuk mencapai target MDGs terkait dengan (Gebrak Malaria).
d.    Threats (Ancaman)
1)    Belum optimalnya upaya pencegahan penularan malaria.
2)    Terbatasnya kemampuan manajemen kasus malaria terutama di daerah. Pelayanan kesehatan belum dilengkapi dengan sarana prasarana dan tenaga yang terlatih untuk merespon kebutuhan sedini mungkin. Manajemen kasus terhambat oleh perencanaan logistik yang lemah di tingkat fasilitas.
3)    Resistensi terhadap obat anti malaria yang tersedia maupun insektisida.
4)    Ketidakstabilan politik, bencana alam, dan perpindahan penduduk.
5)    Lingkungan alam (genangan air).
3.    Kebijakan
Berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap upaya memerangi dan pemberantasan malaria, maka kebijakan dan upaya yang dapa dilakukan sebagai berikut:
a.    Menjaga keberlangsungan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan dan kebijakan-kebijakan yang telah ada guna memperoleh hasil yang optimal.
b.    Penanganan masalah kemiskinan
c.    Pembenahan kondisi lingkungan
d.    Memperkuat pelayanan kesehatan dalam pencegahan, pengendalian dan pengobatan, melalui :
1)    Promosi pencegahan dan pengendalian malaria pada masyarakat;
2)    Deteksi dini dan akses perawatan ke fasilitas kesehatan;
3)    manajemen kasus yang tepat waktu;
4)    penguatan pos malaria desa;
5)    integrasi program malaria dengan program kesehatan ibu dan anak;
6)    penguatan diagnosis yang akurat dan cepat; dan
7)    pengobatan malaria yang efektif.
e.    Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di semua aspek.
f.     Peningkatan dukungan pendanaan jangka panjang untuk mempertahankan keberlanjutan program, melalui kemitraan dengan sektor swasta dan komunitas internasional.



BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
1.    Pemberantasan penyakit malaria telah mengalami penurunan, namun masih diperlukan usaha yang lebih dari sebelumnya untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
2.    Analisis SWOT dalam pencapaian target ke-6 MDGs adalah sebagai berikut:
a.    Sterngth (Kekuatan)
1)    Adanya Komitmen Internasional (Roll Back Malaria).
2)    Adanya kerja sama, misalnya kerja sama antarsektor, NGO, dan lembaga donor.
3)    Pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam pemberantasan malaria. Di Indonesia, saat ini, terdapat beberapa program dalam pemberantasan malaria, yakni:
a)    Diagnosis awal dan pengobatan yang tepat
b)    Program kelambu dengan insektisida
c)    Penyemprotan
d)    Pengawasan deteksi aktif dan pasif
e)    Survey demam dan pengawasan migrant
f)     Deteksi dan kontrol  epidemik
g)    Larvaciding
h)   Peningkatan kemampuan (capacity building)
b.    Weakness (Kelemahan)
1)    Masalah kemiskinan (sebab-akibat)
2)    Terbatasnya dukungan sumber dana (anggaran nasional dan daerah relatif masih terbatas) dalam Gerakan Berantas Malaria (Gebrak Malaria).
3)    Belum optimalnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi dalam menyusun perencanaan dan penganggaran dalam pengendalian malaria.
c.    Opportunities (Peluang)
1)    Ketersediaan sumber daya manusia dalam membantu pemberantasan malaria, yakni tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pihak-pihak terkait lainnya.
2)    Adanya kebijakan-kebijakan dalam upaya percepatan untuk mencapai target MDGs terkait dengan (Gebrak Malaria).
d.    Threats (Ancaman)
1)    Belum optimalnya upaya pencegahan penularan malaria.
2)    Terbatasnya kemampuan manajemen kasus malaria terutama di daerah. Pelayanan kesehatan belum dilengkapi dengan sarana prasarana dan tenaga yang terlatih untuk merespon kebutuhan sedini mungkin. Manajemen kasus terhambat oleh perencanaan logistik yang lemah di tingkat fasilitas.
3)    Resistensi terhadap obat anti malaria yang tersedia maupun insektisida.
4)    Ketidakstabilan politik, bencana alam, dan perpindahan penduduk.
5)    Lingkungan alam (genangan air).
B.   Saran
Berikut adalah saran-saran terkait dengan target MDGs keenam:
1.    Analisis SWOT sebaiknya dilakukan secara rutin agar dapat dilakukan upaya-upaya pencapaian target dengan tepat.
2.    Peningkatan kerja sama lintas sektor
3.    Perlu dilakukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keterampilan tenaga-tenaga yang terlibat dalam pencapaian target.
DAFTAR PUSTAKA

1.    CDC, Malaria, http://www.cdc.gov/malaria/, diakses 24 September 2011.
2.    Ndoen, Ermi ML, Malaria, Pembunuh Terbesar Sepanjang Abad, http://kesehatanlingkungan.wordpress.com/penyakit-menular/malaria-pembunuh-terbesar-sepanjang-abad/, diakses 24 September 2011.
4.    Start, Daniel dan Hovland, Ingie. ANALISIS SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan, Ancaman) Tools for Policy Impact: A Handbook for Researchers. , diakses 24 September 2011
5. Riskesdas, Riskesdas 2010:Malaria di Indonesia, www.litbang.depkes.go.id/simnas6/materi/PM/malaria_indonesia.pdf, diakses 08 November 2011.
6.    Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2010, http://gizi.depkes.go.id/kategori/download/, diakses 26 Nobember 2011.